Jujur, Jajar lan Jejer Manembah Gusti Ilahi

Duk Djaman Semono, Kandjeng Edjang Boeyoet Ing Klero nate paring wewarah,".. Djoedjoer Lahir Bathin Berboedi Bowo Leksono Adedhasar Loehoering Agomo, Djedjer Welas Asih Sasamoning Titah Adedhasar Jiwo Kaoetaman Lan Roso Kamanoengsan, Lan Djadjar Manoenggal Wajibing Patrap Bebrayan Agoeng Adedhasar Endahing Tepo Salira Manembah Ngarsaning Goesti Allah Ingkang Moho Toenggal, Ngrenggo Tjiptaning Koesoema Djati Rila Adedharma Mrih Loehoering Bongso, Agomo, Boedoyo, Lan Sasamining Titahing Gesang Ing Ngalam Donya, Ikoe Lakoening Moekmin Sadjati.." [Wewaler KRT. Hasan Midaryo,1999]

Minggu, 01 Agustus 2010

In Memoriam Eyang Putri RA. Siti Dariyah di Kraton Jogjakarta

Adalah Eyang Putri tercinta kami, Raden Ajeng Siti Dariyah atau istri dari Eyang Kakung tercinta kami, yakni Kanjeng Raden Tumenggung Ahmad Hasan Midaryo yang semasa hidupnya sangat setia, tegar serta sabar dalam mendampingi setiap langkah perjalanan dan pengabdian hidup Eyang Hasan Kalasan dimanapun berada, menjadi sumber inspirasi semangat hidup kami.

Dari tinggal lingkungan Ndalem Notoprajan, kemudian pindah ke beberapa daerah kepanewon di Kabupaten Wonosari, kemudian pindah ke beberapa rumah dinas kecamatan di Kabupaten Kulon Progo hingga akhirnya menetap di Kalasan, Sleman, Jogjakarta hingga akhir hayat beliau berdua, tentulah meninggalkan banyak kisah kenangan dan romantika sejarah tersendiri. Karena tinggal di Kalasan sebagai Sesepuh, maka mengikuti warga masyarakat Kalasan menyebut beliau berdua dengan panggilan akrab "Eyang Hasan Kalasan", "Mbah Kyai Penewu", atau "Mbah Camat".

Selain menjalani kesibukan sebagai istri seorang Mantri Polisi, kemudian Panewu atau Camat, hingga penugasan di Dalem Kepatihan Kraton Ngayogyakarto Hadiningrat, Eyang Putri Kalasan merupakan figur seorang Ibu yang mandiri dalam kesehariannya, terlebih Eyang Putri sering ditinggal Eyang Kakung Hasan Kalasan pergi menjalankan tugas kewajibannya sebagai seorang Pejuang, Abdi Prajaksa Kraton dan Abdi Negara. Yang paling membuat kami termotivasi sebagai cucu-cucu Beliau adalah kekuatan amal ibadah dan pemahaman keagamaan Beliau yang luas, khususnya Ilmu Tasawuf Jawa.

Bahkan, hingga menjelang akhir hayatnya, Eyang Putri wafat dalam kondisi masih berwudhlu , berdzikir mengagungkan Asma Allah dan telah selesai menunaikan Sholat Malam. di atas pembaringan Beliau. Dalam kondisi sakit, Eyang Putri tak pernah melalaikan kewajiban beribadah kepada Gusti Allah Ingkang Moho Tunggal. Subhanallah Masya Allah.



Di atas adalah potret kenangan Eyang Putri RA. Siti Dariyah bersama tiga orang istri Pangeran pembesar Kraton yang di ambil di salah satu ruang Bangsal Dalem Notoprajan Kraton Ngayogyakarto Hadiningrat. Namun sayangnya, kapan waktu pemotretan tidak kami ketahui.

Dari emblem simbol Praja Cihna yang dikenakan Eyang Putri di pakaiannya menjadi gambaran nyata bagaimana beratnya menjalankan tugas kedinasan, maupun menjaga amanat yang terkandung didalamnya dalam kehidupan bermasyarakat.

Sebagaimana pesan Eyang Putri, "Hidup ini wajib dijalani dengan teguh beriman kepada Gusti Allah, bersyukur atas segala rizqi dariNya dan beramal sholeh dalam amal kehidupan, agar hidup ini menjadi ladang ibadah dengan tanaman kebajikan dan berbuah kesucian".

1 komentar:

  1. kalasannya itu dimana ya......saya lahir di kalasan .kata nenek saya yang sudah almh...mengatakan bahwa saya dan keluarga adalah keturunan temenggung..tapi saya tidak tahu...saya tinggal dijakarta....

    BalasHapus